BANDUNG - Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jabar Arifin Soedjayana menyatakan di tengah pandemi COVID-19 dan pemberlakuan PSBB di sejumlah wilayah Jabar, membuat kunjungan masyarakat ke pasar rakyat menurun. Meski begitu, sejumlah pasar rakyat sudah memberikan layanan berbelanja daring via media sosial secara mandiri. 

Maka itu, penurunan kunjungan masyarakat ke pasar rakyat tidak membuat harga dan stok kepokmas bergejolak. Arifin memastikan, pihaknya akan ikut mendorong layanan daring pedangan pasar rakyat, termasuk pasar ritel modern. 

"Online masih dalam menggunakan media sosial, bukan online yang sifatnya aplikasi yang menjadi dua arah. Tapi, sudah menggunakan online. Sudah menggunakan media sosial. Orang tidak harus beli dengan datang. Kemudian juga bisa ada jasa pengantar juga," ucapnya. Seperti dilansir Humas Jabar, humas.jabarprov.go.id.

Menurut Arifin, Kementerian Perdagangan dan DPP Asosiasi Pengurus Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) sedang mematangkan dan akan segera meluncurkan aplikasi DIPASAR (Digitalisasi Pasar Rakyat).

"Ada aplikasi yang sedang dibangun adalah aplikasi yang dua arah. Tapi, yang mengembangkan di pusat, ingin launching di Bandung dan bisa digunakan di semua pasar rakyat. Mudah-mudahan tidak terlalu lama," katanya.

Selain itu, Arifin mengimbau kepada warga Jabar untuk tidak belanja panik (panic buying) menjelang bulan Ramadan dan Idul Fitri, terutama warga di daerah yang saat ini sedang memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti Bodebek dan Bandung Raya.

"Di tengah pandemi COVID-19, kami meminta kepada masyarakat untuk tetap mengurangi aktivitas keluar dan Mematuhi protokol kesehatan COVID-19, seperti pakai masker dan jaga jarak saat mengunjungi pasar rakyat dan pasar modern," ucapnya. 

"Masyarakat di masa memasuki bulan Ramadan, kemudian nanti menjelang hari Idul Fitri, jangan belanja berlebihan, jangan belanja sesuai keinginan, tapi belanjalah sesuai kebutuhan," imbuhnya.

(Redaksi)